chairil anwar

Kumpulan Puisi cinta Chairil Anwar
  Antara Daun-daun hijau Padang lapang dan terang Anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian Burung-burung merdu Hujan segar dan menyembur ……………….. Kita terapit, cintaku —-mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak—- Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati Terbang Mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat —-the only possible non-stop flight tidak mendapat ………..kita berbaring bulat telanjang sehabis apa terucap di kelam tadi, kita habis kata sekarang ……….. Maka cintaku sayang, kucoba menjabat tanganmu Mendekap wajahmu yang asing, meraih bibirmu di baalik rupa Kau terlompat dari ranjang, lari ke tingkap yang Masih mengandung kabut, dan kau lihat di sana…….. Saat Chairil mengalami patah hati, ia pun berubah menjadi sosok sendu yang sentimentil. Seperti yang tergambar dalam puisinya ”Senja di Pelabuhan Kecil” berikut ini: Senja di Pelabuhan Kecil (buat Sri Aryati) Ini kali tiada yang mencari cinta Di antara gudang, rumah tua, pada cerita Tiang serta temali. Kapal,perahu tiada berlaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang Menyinggung muram, desir hari lari berenang Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan Menyusur semenanjung, masih pengap harap Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan Dari pantai keempat, sendu penghabisan bisa berdekap Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu Pilih kuda paling liar, pacu laju Jangan tambatkan pada siang dan malam Lagu Biasa Di teras rumah makan kami kini berhadapan Baru berkenalan. Cuma berpandangan Sungguhpun samudera jiwa sudah selam berselam Masih saja berpandangan ……….. Ia mengerling. Ia ketawa Dan rumput kering terus menyala Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi Darahku terhenti berlari Ketika orkes memulai Ave Maria Kuseret ia ke sana……. Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah, Menatap lama ke dalam pandangnya Coba memisah matanya menantang Yang satu tajam dan jujur yang sebelah Ketawa diadukannya giginya pada Mulut Chairil; dan bertanya: Adakah, adakah Kau selalu mesra dan aku bagimu indah? Mirat raba urut Chairil, raba dada Dan tahukah di kini, bisa katakan Dan tunjukkan dengan pasti di mana Menghidup jiwa, menghembus nyawa Liang jiwa-jiwa saling berganti. Dia Rapatkan Dirinya pada Chairil makin sehati; Hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas Hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras, Menuntut tinggi tidak setapak berjarak Dengan mati. Sajak Putih Buat tunanganku Mirat Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagimu menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah…… Buat Miratku, Ratuku! Kubentuk dunia sendiri Dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini! Kecuplah aku terus, kecuplah Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku….***

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *